Tesis: Perbandingan Letrozole dengan Clomifen Sitrat
Dr. I Ketut Agus Sunatha
Dr. P.G.Wardhiana, SpOG(K)
Sebanyak 20-25% wanita infertil adalah gangguan ovulasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah induksi ovulasi dengan obat klomifen sitrat dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Sejak tahun 2001 telah banyak penelitian yang mendukung pemakaian letrozole sebagai induksi ovulasi tunggal maupun kombinasi dengan FSHeksogen. Oleh karena dibandingkan keuntungan-keuntungannya, banyak peneliti yang meramalkan penggunaan letrozole sebagai obat pilihan utama pada pengobatan infertilitas anovulasi.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental secara tersamar ganda yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek dan keuntungan antara pemakaian letrozole dan klomifen sitrat pada pasangan yang ingin hamil. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Fertilitas RSUP Sanglah Denpasar sejak bulan Desember 2006 sampai jumlah sampel terpenuhi. Peserta penelitan adalah 24 wanita yang dipilih sesuai urutan kedatangan (consecutive sampling) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diacak lalu dibagi menjadi 2 kelompok. Dimana kelompok I mendapat terapi letrozole (Femara) 2,5 mg sekali sehari dimulai hari ke-3 siklus haid selama 5 hari, dan kelompok II mendapat terapi klomifen sitrat 50 mg sekali sehari dimulai hari ke-3 siklus haid selama 5 hari. Masing-masing kelompok pada hari ke 12 (fase proliferasi akhir) dilakukan pemeriksaan TVS dan ditentukan jumlah dan besar folikel ovarium serta ketebalan endometrium.
Pada kedua kelompok penelitian didapatkan perbedaan bermakna rerata jumlah folikel pra ovulasi antara kedua kelompok (klomifen rerata 2,08±0,669 >< letrozole rerata 1,50±0,52), dan didapatkan juga perbedaan bermakna rerata diameter folikel pra ovulasi antara kedua kelompok (klomifen rerata 19,56±4,23 mm >< letrozole rerata 22,43±2,09 mm). Pada kelompok letrozole didapatkan endometrium yang lebih tebal daripada kelompok klomifen sitrat (rata-rata letrozole 9,70±1,87 mm >< rata-rata klomifen sitrat 9,14±2,24 mm), akan tetapi dari hasil analisa statistik didapatkan perbedaan tetapi tidak bermakna (p=0,516).
Penelitian ini menggunakan letrozole dibandingkan klomifen sitrat menghasilkan jumlah dan diameter folikel yang berbeda secara statistik, sedangkan ketebalan endometrium terdapat perbedaan tetapi tidak bermakna secara statistik.
Dr. I Ketut Agus Sunatha
Dr. P.G.Wardhiana, SpOG(K)
Sebanyak 20-25% wanita infertil adalah gangguan ovulasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah induksi ovulasi dengan obat klomifen sitrat dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Sejak tahun 2001 telah banyak penelitian yang mendukung pemakaian letrozole sebagai induksi ovulasi tunggal maupun kombinasi dengan FSHeksogen. Oleh karena dibandingkan keuntungan-keuntungannya, banyak peneliti yang meramalkan penggunaan letrozole sebagai obat pilihan utama pada pengobatan infertilitas anovulasi.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental secara tersamar ganda yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek dan keuntungan antara pemakaian letrozole dan klomifen sitrat pada pasangan yang ingin hamil. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Fertilitas RSUP Sanglah Denpasar sejak bulan Desember 2006 sampai jumlah sampel terpenuhi. Peserta penelitan adalah 24 wanita yang dipilih sesuai urutan kedatangan (consecutive sampling) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diacak lalu dibagi menjadi 2 kelompok. Dimana kelompok I mendapat terapi letrozole (Femara) 2,5 mg sekali sehari dimulai hari ke-3 siklus haid selama 5 hari, dan kelompok II mendapat terapi klomifen sitrat 50 mg sekali sehari dimulai hari ke-3 siklus haid selama 5 hari. Masing-masing kelompok pada hari ke 12 (fase proliferasi akhir) dilakukan pemeriksaan TVS dan ditentukan jumlah dan besar folikel ovarium serta ketebalan endometrium.
Pada kedua kelompok penelitian didapatkan perbedaan bermakna rerata jumlah folikel pra ovulasi antara kedua kelompok (klomifen rerata 2,08±0,669 >< letrozole rerata 1,50±0,52), dan didapatkan juga perbedaan bermakna rerata diameter folikel pra ovulasi antara kedua kelompok (klomifen rerata 19,56±4,23 mm >< letrozole rerata 22,43±2,09 mm). Pada kelompok letrozole didapatkan endometrium yang lebih tebal daripada kelompok klomifen sitrat (rata-rata letrozole 9,70±1,87 mm >< rata-rata klomifen sitrat 9,14±2,24 mm), akan tetapi dari hasil analisa statistik didapatkan perbedaan tetapi tidak bermakna (p=0,516).
Penelitian ini menggunakan letrozole dibandingkan klomifen sitrat menghasilkan jumlah dan diameter folikel yang berbeda secara statistik, sedangkan ketebalan endometrium terdapat perbedaan tetapi tidak bermakna secara statistik.
Komentar
HYS